“Sure lof, it’s Edensor….”
Kalimat terakhir yang kubaca di novel ini lah yang setia menemani aku dalam perjalanan pulang ke Malang, di Kereta Gajayana. Novel karangan andrea hirata, pinjaman dari Dini, temanku, sekaligus Kepala Departemen Analisis Data GSB. Menarik memang ceritanya…satu kata : EDAN, keliling eropa hanya bermodal keberanian. Banyak paradoks-paradoks yang kudapat dalam buku ini. Perjalanan masih panjang….seandainya atap kereta ini terbuka, ingin sekali aku melihat rasi bintang belantik..
“Galat-e akeh temen yo Win..” ucapan sigit ketika kami hampir sampai di Stasiun Kota Baru Malang (+444m), maksudnya telat dari jadwal kedatangan, hampir satu jam setengah Fren. Yah, beginilah Negara kita…produksi terbesar adalah karet so jangan kaget kalo jamnya juga ngaret. Kami berdua dijemput oleh ayah masing-masing. Dingin…Kota Malang tetep dingin. Aku sampai di rumah, langsung makan ayam, tempe, sambel, bandeng, dan ditemani kucingku, coki. Ketika makan, aku merasa ada yang aneh, perasaan takut kehilangan…langsung aku periksa bawaanku, laptop ada, berkas OR ada, Edensor…kuperiksa teliti..Edensor..%#$@...Edensor tidak ada !!Oh No.!! Langsung kutinggalkan coki yang lagi hamil perdananya sebagai kucing betina. Kugeber motor bebek, Grand, buatan 1997 ditemani ayahku, tujuan kami satu : Stasiun Kota Baru Malang (+444m).
Gerbong 3, 12B, buku itu telah raib..entah kemana. Damn !! Ayahku, yang terbaik sedunia menurutku, ikut membantu dalam misi pencarian ini.
“Iyo Pak, maeng ono asongan sing gowo buku cilik ngono”, ucapan dari petugas kebersihan Kereta Gajayana. Informasi adalah data, dan data tidak seharusnya disepelekan, sekecil apapun itu, karena dia dapat juga berpengaruh terhadap sebaran populasi. Langsung aku cari asongan itu….tidak ada ternyata. Hem…walaupun begitu, instingku sebagai pemain basket bicara kalau buku itu sangat dekat…sangat dekat. Aku merasa aku akan mencetak three point dalam waktu 2 detik terakhir yang akan memenangkan tim-ku. Buku itu gak hilang…dan aku gak akan membeli buku Edensor yang baru…karena buku itu ada dan gak hilang, itulah kata-kata di pikiranku. Aku berjalan berlawanan arah…asongan..baju kuning..kacamata…tidak ada. Asongan…kuning…kacamata…tidak ada. Asongan….ABU-ABU….kuning…HITAM….kacamata….KALUNGAN….itu..EDENSOR ??! Kuperhatikan…dia bukan asongan..tapi penjual es…sedang membuka buku….membaca…Edensor. Kuperhatikan…sekilas ada tulisan pensil orang lagi tertawa di bagian halaman pertama buku itu. Gak salah lagi, itu Edensor punyanya dini. Aku mulai diplomasi dengan orang itu….dapat…kulihat…iya ini bukunya…gak hilang dan ada…di tanganku sekarang.
Ternyata benar, yang menemukan buku ini asongan…tertinggal di kereta…kecerobohanku kumat. Ayahku memberikan sesuatu ke asongan itu. Ingin rasanya aku mengecup telunjuk kananku dan kuarahkan ke atas…mengucap syukur kepada-Nya. Tanda bahwa aku tidak pernah meragukan kebesaran-Nya. Terima Kasih Ya Allah. Alhamdulilah.
Kulihat dalam buku itu…lengkap…pembatas bukunya juga…namun…kali ini kalimat terakhir yang kubaca :
“Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu” --- Arai
1 komentar:
golek ilmu maneh t mas??
agaknya sampean harus nulis novel..hehe..lanjuut..
Posting Komentar